Perilaku
Konsumtif Masyarakat sebagai
Dampak Perubahan Sosial Budaya
Abstrak:
Perubahan
pada dasarnya menyangkut berbagai hal, mulai dari aspek fsik sampai perubahan
kehidupan manusia. Perubahan kehidupan manusia atau terkait dengan lingkungan
kehidupannya itulah yang kemudian disebut sebagai perubahan sosial.
Perubahan
sosial banyak mengubah struktur tatanan masyarakat sosial dan segala sesuatu di
dalamnya. Salah satu dampak perubahan sosial adalah munculnya hedonisme.
Hedonisme sendiri merupakan suatu gaya hidup bangsa barat yang hanya
mengutamakan kesenangan terutama pada materi saja. Hedonisme inilah yang akan
menimbulkan sifat konsumtif dalam masyarakat.
Artikel
ini akan membahas mengenai faktor-faktor dan dampak yang di timbulkan oleh
perubahan sosial budaya terhadap peningkatan perilaku konsumtif masyarakat.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kata
Kunci: Perubahan Sosial Budaya, Masyarakat, Hedonisme,
Konsumtif
Pendahuluan:
Perubahan sosial secara
umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya
struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif,
sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih
bermartabat. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam
hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan
perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui
bila kita melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada
masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada
waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada
dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap
masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.
Menurut Gillin, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi
dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Menurut Emile Durkheim, perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan
demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang
diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat
oleh solidaritas organistik. Sedangkan menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan pada masyarakat dewasa
ini merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke
bagian-bagian dunia lainnya, antara lain berkat adanya komunikasi yang modern.
Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan
cepat dapat diketahui oleh masyarakat-masyarakat lain yang jauh dari tempat
tersebut. Hal ini menyebabkan suatu perubahan sosial budaya pada masyarakat di suatu tempat. Salah satu faktor
yang mempengaruhi perubahan sosial adalah adanya penemuan-penemuan baru hasil karya manusia yang disebut inovasi. Inovasi
adalah suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru,
jalannya unsur kebudayaan baru tersebar ke lain-lain bagian dari masyarakat dan
cara-cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam
masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru ini menimbulkan berbagai
macam gejala diantaranya adalah perubahan sosial budaya. Dimana karena pengaruh
perubahan sosial ini masyarakat dapat dengan bebas bertukar pikiran,
kebudayaan, bahkan gaya hidup.
Dampak Perubahan Sosial
Budaya:
Berangkat dari perubahan
sosial tersebut, penulis ingin membahas masalah yang berkaitan dengan dampak
perubahan sosial. Salah satu dampak perubahan sosial adalah meningkatnya
perilaku konsumtif. Kenyataannya saat ini banyak sekali
budaya barat yang sedang populer di Indonesia, salah satunya adalah hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup yang
menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup.
Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran
merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak.
Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin
menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Di dalam lingkungan penganut paham ini,
hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa
batas. Hedonisme sudah menjadi panutan hidup, ketika kaum hedonis menilai
segala sesuatu dengan praktis dan serba cepat. Kehidupan hedonistik menjadi segala sesuatu ukuran di nilai dari
materi saja.
Ada banyak tanda ciri-ciri hedonisme sifat orang yang
menganut paham hedonisme, selama mereka masih menganggap bahwa materi adalah
tujuan akhir untuk mendapatkan kesenangan, entah dengan cara bagaimana
mendapatkan materi baik halal ataupun haram yang di larang agama.
Jenis tipikal orang yang senang memuja kesenangan materi adalah sangat
berkaitan erat dengan konsumerisme, yang berhubungan bagaimana kita mendapatkan
kesenangan dunia itu, dengan membeli materi-materi yang berlimpah, yang mungkin
kita menganggap materi itu bukan merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak.
Perilaku ini mencerminkan perilaku konsumtif sebagai dampak adanya gejala
hedonisme.
Perilaku Konsumtif Masyarakat:
Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli
barang barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Dalam
psikologi dikenal istilah compulsive buying disorder (kecanduan
belanja) orang yang terjebak didalamnya tidak bisa membedakan mana kebutuhan
dan keinginan. Perilaku konsumtif adalah tindakan
konsumen membeli produk yang kurang diperlukan untuk memuaskan kesenangan dan
keinginan dari pada fungsi atau kebutuhannya. Perilaku ini dapat menimbulkan pemborosan dan
menimbulkan kecemburuan sosial. Gaya
perilaku konsumtif semacam ini terjadi pada hampir semua golongan lapisan
masyarakat yang memiliki pekerjaan yang berbeda. Biasanya perilaku ini didukung
oleh kekuatan finansial yang memadai. Seperti di sebuah acara program televisi
bagaimana seorang artis ibu kota mampu menghabiskan uang ratusan juta demi
harga sebuah tas. Itu sudah menjadi pendidikan yang buruk bagi pemirsa.
Terutama anak muda yang melihat kesuksesan hanya di nilai dari benda yang
melekat di tubuh bukan sebuah proses perjuangan yang berat.
Konsumerisme yang merupakan akar jiwa seseorang untuk menjadi sifat
hedonisme malah mengajarkan bagaimana membeli barang-barang yang bukan
merupakan kebutuhan konsumen. Tidak
penting apakah barang itu berguna atau tidak, diperlukan atau tidak oleh
konsumen. Realitas sosial ini yang sering diidentifikasikan
oleh Jean Baudrillard sebagai orang yang dalam hidupnya hanya mementingkan
tindakan konsumsi, hidup tidak lain adalah konsumsi. Dalam masyarakat modern
yang konsumtif, objek-objek konsumsi yang berupa komoditi tidak lagi sekedar
memiliki manfaat (nilai guna) dan harga (nilai tukar) seperti dijelaskan oleh Marx.
Lebih dari itu objek konsumsi melambangkan status, prestise, dan kehormatan
(nilai-nilai dan nilai simbol). Nilai tanda dan nilai simbol yang berupa
status, prestise, ekspresi gaya dan gaya hidup kemewahan dan kehormatan adalah
motif utama aktivitas konsumsi masyarakat konsumen. Jadi masyarakat modern
sekarang ini berperilaku konsumtif tidak hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan
saja, namun untuk meningkatkan status diri/kehormatan. Hal
ini merupakan suatu gejala hedonisme,
dimana rasa gengsi tinggi yang
diperoleh dari menonjolkan merek-merek terkenal dan mahal, atau simbol-simbol
kemewahan lainnya adalah merupakan gejala umum sekarang ini. Seperti yang dapat
dilihat di kota-kota besar saat ini semakin banyak bermunculan butik-butik atau
toko-toko pakaian dan perlengkapan lainnya yang merupakan barang impor dan bermerek
dengan harga yang cukup membuat kantong kosong. Ciri ini sangat jelas sekali terlihat pada
masyarakat Indonesia dewasa ini. Sehingga menjadikan bangsa ini target pasar
yang sangat empuk bagi perusahaan-perusahaan luar negeri untuk mengeruk
keuntungan yang sangat besar.
Budaya konsumerisme ini tentunya memiliki dampak negatif, seperti hilangnya
kesadaran masyarakat akan nilai guna barang yang ia beli dan juga aktivitas konsumsi
pada dasarnya bukan dilakukan karena alasan kebutuhan, namun lebih kepada
alasan simbolis yaitu kehormatan, status dan prestise. Maka jelas bahwa
realitas sosial dalam masyarakat konsumsi saat ini cenderung memprioritaskan tanda
dan nilai simbol sebagai motif utama aktivitas konsumsi. Barang-barang dibeli
karena makna simbolik yang ada di dalamnya dan bukan karena manfaatnya.
Perilaku konsumtif ini juga akan mengakibatkan masyarakat menjadi hidup boros,
bersikap pamer atau sombong, dan meningkatnya sikap individualism akibat
terlalu mencari kepuasan dan kesenangan hidup.
Kesimpulan dan Saran
Menurut Selo Soemardjan
perubahan sosial
merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dimana perubahan
sosial menghasilkan penemuan-penemuan baru yang menimbulkan dampak salah
satunya adalah perubahan sosial.
Seseorang
dikatakan menganut hedonisme ketika mereka melakukan aktivitas fisik berupa
mengejar modernitas dan menghabiskan banyak uang dan waktu yang dimiliki
(aktivitas), memenuhi banyak keinginan dan objek apa saja yang dianggap
menarik.
Gaya hidup
konsumtif tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup hedonisme yang dianut. Di satu
sisi, pola dan gaya hidup konsumtif memberikan kenikmatan dan kepuasan baik
secara fisik maupun psikologi. Namun disadari atau tidak, gaya hidup konsumtif
justru memiliki dampak kurang baik terhadap “kesehatan finansial”. Gaya hidup
konsumtif dapat dikatakan sebagai pemborosan. Sementara pemborosan itu sendiri
bisa dimaknai sebagai suatu perilaku yang berlebih-lebihan melampaui apa yang
dibutuhkan.
Daftar
Rujukan
Soekanto,
Soerjono. 2006. Sosiologi suatu pengantar. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta
Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial.
pada tanggal 17 maret 2018 pukul 19.36
Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme
pada tanggal 17 maret 2018 pukul 19.20
Yahoo.
2009. (online) diakses melalui https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090613044553AAzrIHD.
Pada tanggal 16 maret 2018 pukul 21.40
Admin. 2012.
Kehidupan Hedonisme. Diakses melalui http://nyocotblog.blogspot.com/2012/07/kehidupan-hedonisme_09.html
pada tanggal 17 maret 2018 pukul 19.15
Admin. 2012. Pengertian Dan Teori-Teori
Tentang Proses Perubahan Sosial. (online) diakses melalui http://bangkusekolah-id.blogspot.com/2012/07/pengertian-teori-tentang-proses.html
pada tanggal 16 maret 2018 pukul 21.25
Nurist Surayya.
2013. KONSUMSI SEBAGAI PENANDA KESEJAHTERAAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL (Dalam
Bingkai Pemikiran Jean Baudrillard) (online) diakses melalui http://nurriest.wordpress.com/2013/04/11/konsumsi-sebagai-penanda-kesejahteraan-dan-stratifikasi-sosial-dalam-bingkai-pemikiran-jean-baudrillard/.
Pada tanggal 16 maret 2018 pukul 21.15
0 comments:
Post a Comment