Monday, 2 September 2019

Perilaku Konsumtif Masyarakat sebagai Dampak Perubahan Sosial Budaya


Perilaku Konsumtif Masyarakat sebagai
Dampak Perubahan Sosial Budaya
Abstrak:
Perubahan pada dasarnya menyangkut berbagai hal, mulai dari aspek fsik sampai perubahan kehidupan manusia. Perubahan kehidupan manusia atau terkait dengan lingkungan kehidupannya itulah yang kemudian disebut sebagai perubahan sosial.
Perubahan sosial banyak mengubah struktur tatanan masyarakat sosial dan segala sesuatu di dalamnya. Salah satu dampak perubahan sosial adalah munculnya hedonisme. Hedonisme sendiri merupakan suatu gaya hidup bangsa barat yang hanya mengutamakan kesenangan terutama pada materi saja. Hedonisme inilah yang akan menimbulkan sifat konsumtif dalam masyarakat.
Artikel ini akan membahas mengenai faktor-faktor dan dampak yang di timbulkan oleh perubahan sosial budaya terhadap peningkatan perilaku konsumtif masyarakat.






-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kata Kunci: Perubahan Sosial Budaya, Masyarakat, Hedonisme, Konsumtif


Pendahuluan:
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih bermartabat. Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan suatu perbanding­an dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada dasarnya merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-peru­bahan.
Menurut Gillin, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi sebagai suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima karena adanya perubahan kondisi geografi, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi, maupun adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Menurut Emile Durkheim, perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari faktor-faktor ekologis dan demografis, yang mengubah kehidupan masyarakat dari kondisi tradisional yang diikat solidaritas mekanistik, ke dalam kondisi masyarakat modern yang diikat oleh solidaritas organistik. Sedangkan menurut Selo Soemardjan, perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan pada masyarakat dewasa ini merupakan gejala yang normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainnya, antara lain berkat adanya komunikasi yang modern. Penemuan-penemuan baru di bidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dengan cepat dapat diketahui oleh masyarakat-masyarakat lain yang jauh dari tempat tersebut. Hal ini menyebabkan suatu perubahan sosial budaya pada masyarakat di suatu tempat. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan sosial adalah adanya penemuan-penemuan baru hasil karya manusia yang disebut inovasi. Inovasi adalah suatu proses sosial dan kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Proses tersebut meliputi suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaan baru tersebar ke lain-lain bagian dari masyarakat dan cara-cara unsur kebudayaan baru diterima, dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan-penemuan baru ini menimbulkan berbagai macam gejala diantaranya adalah perubahan sosial budaya. Dimana karena pengaruh perubahan sosial ini masyarakat dapat dengan bebas bertukar pikiran, kebudayaan, bahkan gaya hidup.
Dampak Perubahan Sosial Budaya:
Berangkat dari perubahan sosial tersebut, penulis ingin membahas masalah yang berkaitan dengan dampak perubahan sosial. Salah satu dampak perubahan sosial adalah meningkatnya perilaku konsumtif. Kenyataannya saat ini banyak sekali budaya barat yang sedang populer di Indonesia, salah satunya adalah hedonisme. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. Di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Hedonisme sudah menjadi panutan hidup, ketika kaum hedonis menilai segala sesuatu dengan praktis dan serba cepat. Kehidupan hedonistik menjadi segala sesuatu ukuran di nilai dari materi saja.
Ada banyak tanda ciri-ciri hedonisme sifat orang yang menganut paham hedonisme, selama mereka masih menganggap bahwa materi adalah tujuan akhir untuk mendapatkan kesenangan, entah dengan cara bagaimana mendapatkan materi baik halal ataupun haram yang di larang agama. Jenis tipikal orang yang senang memuja kesenangan materi adalah sangat berkaitan erat dengan konsumerisme, yang berhubungan bagaimana kita mendapatkan kesenangan dunia itu, dengan membeli materi-materi yang berlimpah, yang mungkin kita menganggap materi itu bukan merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak. Perilaku ini mencerminkan perilaku konsumtif sebagai dampak adanya gejala hedonisme.
Perilaku Konsumtif Masyarakat:
Konsumtif merupakan perilaku dimana timbulnya keinginan untuk membeli barang barang yang kurang diperlukan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Dalam psikologi dikenal istilah compulsive buying disorder (kecanduan belanja) orang yang terjebak didalamnya tidak bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan. Perilaku konsumtif adalah tindakan konsumen membeli produk yang kurang diperlukan untuk memuaskan kesenangan dan keinginan dari pada fungsi atau kebutuhannya. Perilaku ini dapat menimbulkan pemborosan dan menimbulkan kecemburuan sosial.  Gaya perilaku konsumtif semacam ini terjadi pada hampir semua golongan lapisan masyarakat yang memiliki pekerjaan yang berbeda. Biasanya perilaku ini didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Seperti di sebuah acara program televisi bagaimana seorang artis ibu kota mampu menghabiskan uang ratusan juta demi harga sebuah tas. Itu sudah menjadi pendidikan yang buruk bagi pemirsa. Terutama anak muda yang melihat kesuksesan hanya di nilai dari benda yang melekat di tubuh bukan sebuah proses perjuangan yang berat.
Konsumerisme yang merupakan akar jiwa seseorang untuk menjadi sifat hedonisme malah mengajarkan bagaimana membeli barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan konsumen. Tidak penting apakah barang itu berguna atau tidak, diperlukan atau tidak oleh konsumen. Realitas sosial ini yang sering diidentifikasikan oleh Jean Baudrillard sebagai orang yang dalam hidupnya hanya mementingkan tindakan konsumsi, hidup tidak lain adalah konsumsi. Dalam masyarakat modern yang konsumtif, objek-objek konsumsi yang berupa komoditi tidak lagi sekedar memiliki manfaat (nilai guna) dan harga (nilai tukar) seperti dijelaskan oleh Marx. Lebih dari itu objek konsumsi melambangkan status, prestise, dan kehormatan (nilai-nilai dan nilai simbol). Nilai tanda dan nilai simbol yang berupa status, prestise, ekspresi gaya dan gaya hidup kemewahan dan kehormatan adalah motif utama aktivitas konsumsi masyarakat konsumen. Jadi masyarakat modern sekarang ini berperilaku konsumtif tidak hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan saja, namun untuk meningkatkan status diri/kehormatan. Hal ini merupakan suatu gejala hedonisme, dimana rasa gengsi tinggi yang diperoleh dari menonjolkan merek-merek terkenal dan mahal, atau simbol-simbol kemewahan lainnya adalah merupakan gejala umum sekarang ini. Seperti yang dapat dilihat di kota-kota besar saat ini semakin banyak bermunculan butik-butik atau toko-toko pakaian dan perlengkapan lainnya yang merupakan barang impor dan bermerek dengan harga yang cukup membuat kantong kosong. Ciri ini sangat jelas sekali terlihat pada masyarakat Indonesia dewasa ini. Sehingga menjadikan bangsa ini target pasar yang sangat empuk bagi perusahaan-perusahaan luar negeri untuk mengeruk keuntungan yang sangat besar.
Budaya konsumerisme ini tentunya memiliki dampak negatif, seperti hilangnya kesadaran masyarakat akan nilai guna barang yang ia beli dan juga aktivitas konsumsi pada dasarnya bukan dilakukan karena alasan kebutuhan, namun lebih kepada alasan simbolis yaitu kehormatan, status dan prestise. Maka jelas bahwa realitas sosial dalam masyarakat konsumsi saat ini cenderung memprioritaskan tanda dan nilai simbol sebagai motif utama aktivitas konsumsi. Barang-barang dibeli karena makna simbolik yang ada di dalamnya dan bukan karena manfaatnya. Perilaku konsumtif ini juga akan mengakibatkan masyarakat menjadi hidup boros, bersikap pamer atau sombong, dan meningkatnya sikap individualism akibat terlalu mencari kepuasan dan kesenangan hidup.







Kesimpulan  dan Saran
Menurut Selo Soemardjan perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dimana perubahan sosial menghasilkan penemuan-penemuan baru yang menimbulkan dampak salah satunya adalah perubahan sosial.
Seseorang dikatakan menganut hedonisme ketika mereka melakukan aktivitas fisik berupa mengejar modernitas dan menghabiskan banyak uang dan waktu yang dimiliki (aktivitas), memenuhi banyak keinginan dan objek apa saja yang dianggap menarik.
Gaya hidup konsumtif tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup hedonisme yang dianut. Di satu sisi, pola dan gaya hidup konsumtif memberikan kenikmatan dan kepuasan baik secara fisik maupun psikologi. Namun disadari atau tidak, gaya hidup konsumtif justru memiliki dampak kurang baik terhadap “kesehatan finansial”. Gaya hidup konsumtif dapat dikatakan sebagai pemborosan. Sementara pemborosan itu sendiri bisa dimaknai sebagai suatu perilaku yang berlebih-lebihan melampaui apa yang dibutuhkan.






Daftar Rujukan
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi suatu pengantar. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_sosial. pada tanggal 17 maret 2018 pukul 19.36

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. (online) diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Hedonisme. pada tanggal 17 maret 2018 pukul 19.20

Yahoo. 2009. (online) diakses melalui https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090613044553AAzrIHD. Pada tanggal 16 maret 2018 pukul 21.40

Admin. 2012. Kehidupan Hedonisme. Diakses melalui http://nyocotblog.blogspot.com/2012/07/kehidupan-hedonisme_09.html pada tanggal 17 maret 2018 pukul 19.15

 http://bangkusekolah-id.blogspot.com/2012/07/pengertian-teori-tentang-proses.html pada tanggal 16 maret 2018 pukul 21.25

Nurist Surayya. 2013. KONSUMSI SEBAGAI PENANDA KESEJAHTERAAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL (Dalam Bingkai Pemikiran Jean Baudrillard) (online) diakses melalui http://nurriest.wordpress.com/2013/04/11/konsumsi-sebagai-penanda-kesejahteraan-dan-stratifikasi-sosial-dalam-bingkai-pemikiran-jean-baudrillard/.  Pada tanggal 16 maret 2018 pukul 21.15

0 comments:

Post a Comment

Footer

Footer
Footer

Text Widget

Copyright © Kumpulan Tugas Sekolah Published By Gooyaabi Templates | Powered By Blogger

Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com